Halaman

Sabtu, 19 Januari 2013

Kepemimpinan


BAB I
PENDAHULUAN



I.1 LATAR BELAKANG

Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Nah, dalam kepemimpinan harus mempunyai kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok. Gaya Kepemimpinan ada 4, yaitu ada gaya kepemimpinan Karismatis, Diplomatis, Otoriter, dan Moralis. Nah, kita sebagai mahasiswa/i pasti tahu siapa yang dijuluki Bapak Pendidikan. Ya, Ki Hadjar Dewantara. Saya akan bahas di postingan saya kali ini.

 I.2 RUMUSAN MASALAH
·                    Bagaimana model Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara?
·                     Kelemahan dan kelebihannya?

I.3 TUJUAN
·                     Menjelaskan model Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara.
·                    Menjelaskan kelemahan dan kelebihan kepemimpinannya.





BAB II
PEMBAHASAN




A.   Model Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Ke-1

Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi Suryaningrat, Ki Hadjar Dewantara adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.

Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia. Namanya diabadikan sebagai salah sebuah nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah tahun emisi 1998

Ia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang ke-2 oleh Presiden RI, Soekarno, pada 28 November 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959) Beliau aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.

Masa Jabatan
2 September 1945-14 November 1945
Presiden
Soekarno
Didahului oleh
Tidak ada jabatan baru
Digantikan oleh
Todung Sutan Gunung Mulia
Informasi Pribadi
Lahir
2 Mei 1889, Yogyakarta
Masa Hindia Belanda
Meninggal
26 April 1959 (umur 69)
Yogyakarta, Indonesia
Agama
Islam










            




Ya, Bangsa ini perlu mewarisi buah pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang tujuan pendidikan yaitu untuk memajukan bangasa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya. Serta didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi.

Ki Hajar Dewantara adalah tokoh pendidikan taman siswa, bapak pendidikan Nasional, sosok yang mempunyai gaya kepemimpinan yang khas yang berlawanan dengan tenaga diam, beliau pernah mengatakan "Suradira Jayaningrat Lebur Dening Pangestu",  bahwa kekerasan diduniawi akan dapat lebur oleh penyatuan sujud kita kepada Tuhan Yang Maha Esa. Beliau pernah mengatakan sifat-sifat yang harus dimiliki tentang bagaimana cara dan jiwa seorang pemimpin adalah sebagai berikut :

1. Tetep, teteg, antep lan mantep, yang artinya ;
  • Tetep, artinya mempunyai ketetapan pendapat dan pikir, kalau sesuatu itu telah diyakininya. Tidak mudah termakan isu, tidak mudah diombang-ambingkan.
  • Teteg, artinya tidak tergoyahkan oleh godaan atau rayuan apapun. Godaan dan rayuan yang sering menjatuhkan karir seseorang adalah harta, wanita dan kedudukan.
  • Antep, artinya, berisi, berilmu, berpengetahuan. Setiap kesempatan pemimpin harus belajar apa saja, untuk bekal pergaulan dan keberhasilan kepemimipinan.
  • Mantep, artinya yakni dengan seyakin-yakinnya bahwa apa yang dilakukannya adalah benar dan baik..
2. Ngandel, Kendel, Kandel dan Bandel
  • Ngandel, artinya percaya, iman dan tagwa.
  • Kendel, artinya berani, apa yang dikatakan benar ya benar, salah ya salah. Konsekwen, juga berani mengambil keputusan berani membela negara dengan penuh kejuangan.
  • Kandel, artinya penuh ilmunya, penuh pengetahuannya, matang jiwanya. juga tabah hatinya hingga dapat mengatasi segala persoalan.
  • Bandel, Artinya tawakal, percaya diri, tidak mudah takut. Tidak mudah putus asa apapun rintangannya. Tabah menghadapi godaan apapun.
3. Ning, Neng, Nung lan Nang
  • Ning : Artinya suci, iklas dan segala tindakannya tanpa pamrih
  • Neng : Artinya tenangkan pikirannya, niatnya baik, suci, diam.
  • Nung : Artinya kuat, bantingan, ulet, sanggup melakukan tugas yang berat.
  • Nang : Artiny optimistis, optimisme, ini membawa perjuangan yang berakhir dengan kemenangan, nang artinya menang.
4. Ing Ngarso Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani
  • Ing Ngarso Sung Tulada, artinya setiap pemimpin wajib memberi suri tauladan yang baik kepada anak buahnya. Ia harus jadi panutan/contoh baik.
  • Ing Madya Mangun Karsa, artinya Ikut serta menggugah semangat ditengah-tengah anak buah.
  • Tut Wuri Handayani, artinya mempengaruhi dan memberi dorongan dari belakang kepada anak buah.
Nah, sifat-sifat diatas itu  yang menurut Bapak Ki Hadjar Dewantara adalah  gaya kepemimpinan yang Karismatik. Dengan sikapnya yang karismatik, Ki Hadjar Dewantara mempunyai banyak karya besar. Tidak hanya berupa lembaga pendidikan Perguruan Taman Siswa, namun juga gagasan-gagasan besarnya tentang pendidikan yang telah ia tuangkan dalam berbagai tulisan. Sejak muda ketika bergabung dalam suratkabar di Jakarta ia telah banyak menulis tentang pendidikan, kebudayaan dan politik.

Secara garis besar Ki Hadjar Dewantara berupaya untuk mengkontekstualisasikan gagasan-gagasan pendidikan yang ia peroleh ketika belajar di Belanda dengan nilai-nilai budaya Indonesia. Ki Hadjar Dewantara juga adalah sosok yang merakyat, sejak kecil beliau memang sudah dekat dengan rakyat disekitarnya.

B.   Kelemahan dan kelebihan kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara

Bagi saya kepemimpinan  Ki Hajar Dewantara tidak memiliki kelemahan. Karena dia ada pemimpin yang diidam-idamkan dalam masyarakat. Bukan hanya sebagai guru yang mengajarkan kebaikan, keluhuran, keutamaan. Tetapi, beliau adalah seseorang yang memiliki kelebihan di bidang keagamaan dan keimanan, sekaligus masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Beliau adalah pemimpin yang bijaksana. Masa kepemimpinannya membawa Indonesia menjadi lebih pandai karena mengenal pendidikan.



BAB III
KESIMPULAN

 
Nah, Ki Hadjar Dewantara adalah sosok yang memperhatikan soal pendidikan. Beliau berusaha agar masyarakatnya pandai. Karena dengan pendidikanlah, kita dapat memajukan negeri ini. Betapa sejahteranya pada zaman kepemimpinannya. Jika kita melihat kondisi pendidikan sekarang, di mana tradisi pengangkatan seseorang sebagai menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan/atau Menteri Pendidikan Nasional sekarang tidak banyak melihat pada kemampuan penguasaan pedagogik dan latar akademiknya, hal tersebut amatlah disayangkan. Banyak kepentingan politik praktis kekuasaan, ideologi ekonomi-politik dan lainnya yang menyeret praksis pendidikan di pemerintahan tidak lagi sebagaimana yang diinginkan oleh Ki Hadjar Dewantara. Nah, kita sebagai masyarakat apalagi untuk generasi muda. Kita harus meneruskan jejak Ki Hadjar Dewantara sosok bapak pendidkan kita. Agar pendidkan kita semakin baik dan bangsa ini menjadi sejahtera.

Referensi:




-FEBI SARFINA-