BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR
BELAKANG
Kepemimpinan
atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab
prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi
kesejahteraan manusia. Nah, dalam kepemimpinan
harus mempunyai kemampuan mempengaruhi orang lain,
bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau
kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan
oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok. Gaya Kepemimpinan ada 4, yaitu ada gaya kepemimpinan Karismatis, Diplomatis, Otoriter, dan Moralis. Nah, kita sebagai mahasiswa/i pasti tahu siapa yang
dijuluki Bapak Pendidikan. Ya, Ki Hadjar Dewantara. Saya akan bahas di
postingan saya kali ini.
I.2 RUMUSAN MASALAH
· Bagaimana
model Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara?
·
Kelemahan
dan kelebihannya?
I.3 TUJUAN
·
Menjelaskan
model Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara.
· Menjelaskan
kelemahan dan kelebihan kepemimpinannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Model
Kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Ke-1
Raden
Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi
Suryaningrat, Ki Hadjar
Dewantara adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman
Siswa, suatu lembaga
pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa
memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.
Tanggal
kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan
Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Kementerian
Pendidikan Nasional Indonesia. Namanya
diabadikan sebagai salah sebuah nama kapal
perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang
kertas pecahan 20.000
rupiah tahun emisi 1998
Ia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional
yang ke-2 oleh Presiden RI, Soekarno, pada 28
November 1959 (Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305
Tahun 1959, tanggal 28 November 1959) Beliau
aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan dan menggugah
kesadaran masyarakat Indonesia pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan
kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr.
Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische
Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada
tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.
Masa Jabatan
2 September 1945-14 November 1945
|
|
Presiden
|
Soekarno
|
Didahului oleh
|
Tidak ada jabatan baru
|
Digantikan oleh
|
Todung Sutan Gunung Mulia
|
Informasi Pribadi
|
|
Lahir
|
2 Mei 1889,
Yogyakarta
Masa Hindia Belanda
|
Meninggal
|
26 April 1959
(umur 69)
Yogyakarta, Indonesia
|
Agama
|
Islam
|
Ya, Bangsa ini perlu mewarisi buah pemikiran Ki Hadjar Dewantara tentang tujuan pendidikan yaitu untuk memajukan bangasa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya. Serta didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi.
Ki Hajar Dewantara adalah tokoh pendidikan taman siswa,
bapak pendidikan Nasional, sosok yang mempunyai gaya kepemimpinan yang khas yang berlawanan dengan tenaga diam,
beliau pernah mengatakan "Suradira Jayaningrat Lebur Dening Pangestu", bahwa kekerasan
diduniawi akan dapat lebur oleh penyatuan sujud kita kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Beliau pernah mengatakan sifat-sifat yang harus dimiliki tentang
bagaimana cara dan jiwa seorang pemimpin
adalah sebagai berikut :
1. Tetep, teteg, antep lan mantep, yang artinya ;
- Tetep, artinya mempunyai ketetapan pendapat dan pikir, kalau sesuatu itu telah diyakininya. Tidak mudah termakan isu, tidak mudah diombang-ambingkan.
- Teteg, artinya tidak tergoyahkan oleh godaan atau rayuan apapun. Godaan dan rayuan yang sering menjatuhkan karir seseorang adalah harta, wanita dan kedudukan.
- Antep, artinya, berisi, berilmu, berpengetahuan. Setiap kesempatan pemimpin harus belajar apa saja, untuk bekal pergaulan dan keberhasilan kepemimipinan.
- Mantep, artinya yakni dengan seyakin-yakinnya bahwa apa yang dilakukannya adalah benar dan baik..
2. Ngandel, Kendel, Kandel dan Bandel
- Ngandel, artinya percaya, iman dan tagwa.
- Kendel, artinya berani, apa yang dikatakan benar ya benar, salah ya salah. Konsekwen, juga berani mengambil keputusan berani membela negara dengan penuh kejuangan.
- Kandel, artinya penuh ilmunya, penuh pengetahuannya, matang jiwanya. juga tabah hatinya hingga dapat mengatasi segala persoalan.
- Bandel, Artinya tawakal, percaya diri, tidak mudah takut. Tidak mudah putus asa apapun rintangannya. Tabah menghadapi godaan apapun.
3. Ning, Neng, Nung lan Nang
- Ning : Artinya suci, iklas dan segala tindakannya tanpa pamrih
- Neng : Artinya tenangkan pikirannya, niatnya baik, suci, diam.
- Nung : Artinya kuat, bantingan, ulet, sanggup melakukan tugas yang berat.
- Nang : Artiny optimistis, optimisme, ini membawa perjuangan yang berakhir dengan kemenangan, nang artinya menang.
4. Ing Ngarso Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani
- Ing Ngarso Sung Tulada, artinya setiap pemimpin wajib memberi suri tauladan yang baik kepada anak buahnya. Ia harus jadi panutan/contoh baik.
- Ing Madya Mangun Karsa, artinya Ikut serta menggugah semangat ditengah-tengah anak buah.
- Tut Wuri Handayani, artinya mempengaruhi dan memberi dorongan dari belakang kepada anak buah.
Nah, sifat-sifat
diatas itu yang menurut Bapak Ki Hadjar
Dewantara adalah gaya kepemimpinan yang
Karismatik. Dengan sikapnya yang karismatik, Ki Hadjar Dewantara mempunyai banyak karya besar. Tidak hanya berupa lembaga pendidikan Perguruan
Taman Siswa, namun juga gagasan-gagasan besarnya tentang pendidikan yang telah
ia tuangkan dalam berbagai tulisan. Sejak muda ketika bergabung dalam
suratkabar di Jakarta ia telah banyak menulis tentang pendidikan, kebudayaan
dan politik.
Secara garis besar Ki Hadjar Dewantara
berupaya untuk mengkontekstualisasikan gagasan-gagasan pendidikan yang ia
peroleh ketika belajar di Belanda dengan nilai-nilai budaya Indonesia. Ki Hadjar Dewantara juga adalah sosok yang merakyat,
sejak kecil beliau memang sudah dekat dengan rakyat disekitarnya.
B.
Kelemahan
dan kelebihan kepemimpinan Ki Hadjar Dewantara
Bagi
saya kepemimpinan Ki Hajar Dewantara
tidak memiliki kelemahan. Karena dia ada pemimpin yang diidam-idamkan dalam
masyarakat. Bukan hanya sebagai guru yang mengajarkan kebaikan, keluhuran,
keutamaan. Tetapi, beliau adalah seseorang yang memiliki kelebihan di bidang
keagamaan dan keimanan, sekaligus masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Beliau
adalah pemimpin yang bijaksana. Masa kepemimpinannya membawa Indonesia menjadi
lebih pandai karena mengenal pendidikan.
BAB III
KESIMPULAN
Nah, Ki Hadjar Dewantara adalah sosok yang memperhatikan soal pendidikan.
Beliau berusaha agar masyarakatnya pandai. Karena dengan pendidikanlah, kita
dapat memajukan negeri ini. Betapa sejahteranya pada zaman kepemimpinannya. Jika kita melihat kondisi pendidikan sekarang, di mana
tradisi pengangkatan seseorang sebagai menteri Pendidikan dan Kebudayaan
dan/atau Menteri Pendidikan Nasional sekarang tidak banyak melihat pada
kemampuan penguasaan pedagogik dan latar akademiknya, hal tersebut amatlah
disayangkan. Banyak kepentingan politik praktis kekuasaan, ideologi
ekonomi-politik dan lainnya yang menyeret praksis pendidikan di pemerintahan
tidak lagi sebagaimana yang diinginkan oleh Ki Hadjar Dewantara. Nah, kita sebagai masyarakat apalagi untuk generasi muda.
Kita harus meneruskan jejak Ki Hadjar Dewantara sosok bapak pendidkan kita.
Agar pendidkan kita semakin baik dan bangsa ini menjadi sejahtera.
Referensi:
-FEBI SARFINA-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar