Inilah 15 faktor penyebab kekalahan calon presiden dan wakil presiden Prabowo-Hatta
1. Kubu Prabowo-Hatta dan Gerindra memekerjakan para ahli sosial media
yang jago dan expert di bidang pembuatan bahan kampanye, seperti Noudhy
Valdryno yang telah bekerja selama 5 tahun dengan Gerindra dan Prabowo.
Mereka memersiapkan bahan kampanye di media sosial, Facebook, Twitter,
dan juga telepon seluler sejak lama. Kelemahan mereka adalah tidak
memiliki pemahaman tentang komunikasi massa.
Noudhy Valdryno dan Fadli Zon tidak pernah menghitung ‘sebab-akibat’ dan
sisi dampak psikologis ketika suatu materi dilemparkan ke dunia maya.
Akibatnya ketika ada ahli strategi kampanye media yang ‘sedikit’ paham
tentang kampanye media sosial dengan ‘pemahaman komunikasi dan psikologi
massa’, maka Timses media sosial Prabowo kalang kabut.
Akibatnya telah dapat diduga, Prabowo-Hatta tak mendapatkan simpati dan
elektabilitasnya hancur berantakan menjelang akhir masa kampanye.
2. Terkait dengan Timses
Prabowo-Hatta yang tidak menghitung strategi ketika ‘harus menyerang’
dan ‘ketika harus bertahan’. Sejak debat pertama berlangsung sejak saat
itu ‘kemenangan telah diraih’. Maka dalam perang itu strategi yang
diterapkan oleh pasukan Prabowo-Hatta adalah menggempur sampai the last
bastion dihancurkan. Akhirnya, Prabowo-Hatta banyak memenangkan
pertempuran, namun kalah dalam keseluruhan perang. Perang ngawur tanpa
strategi maka kehabisan amunisi.
3. Kubu Prabowo
dipersepsikan sebagai penggagas kampanye hitam oleh masyarakat. Hal ini
dimulai dengan sindiran dan hinaan puisi ‘Boneka’ dan ‘Raisopopo’ dan
dilanjutkan dengan kampanye negative dan hitam sampai penerbitan Obor
Rakyat. Bahkan Timses Prabowo-Hatta mendukung dan membela Pemred Obor
Rakyat seperti disampaikan oleh Habiburokhman. Kondisi ini memaksa
masyarakat menilai bahwa kubu Prabowo-Hatta menyebarkan fitnah - dan itu
terbukti oleh temuan intelejen sumber fitnah di Ragunan. AM
Hendropriyono menyampaikan hal ini.
4. Kubu Prabowo sering
sekali memiliki corong yang kontra-produktif untuk membangun persepsi
masyarakat. Selain Fadli Zon, terdapat di gerbong Prabowo juga seperti
Nurul Arifin dan Fahri Hamzah memiliki catatan buruk di mata masyarakat
karena mereka adalah dua orang yang tidak senang dan sering mengecam
KPK. Bahkan terakhir, Fahri Hamzah tidak menyetujui dan mengatakan
Jokowi sinting tentang ide Hari Santri 1 Muharram. Juga lontaran omongan
sekelas Amien Rais yang menyebutkan bahwa Pilpres adalah mirip Perang
Badar.
5. Dominasi TVOne dan
MNC Group milik Aburizal Bakrie dan Hary Tanoesodibjo tidak digunakan
secara maksimal oleh Prabowo karena menerapkan kampanye one-sided policy
dan one-sided coverage yang justru tak membangun simpati. Polarisasi
terjadi juga karena sikap kubu Jokowi yang juga menerapkan peliputan
kampanye berat sebelah sehingga menyebabkan publik pemilih terpecah dan
tak sempat lagi berpikir. Peran media sebagai alat ‘berpikir dan
mengubah persepsi’ terkebiri oleh ‘peran media menjadi corong’ satu
arah. Rakyat atau pemirsa dianggap tak bisa berpikir. Akibatnya, rakyat
stagnan mendukung Prabowo-Hatta.
6. Kubu Prabowo-Hatta
digerogoti oleh para pendukung yang oleh Prabowo sendiri diakui ada
maling seperti para tersangka mafia daging sapi, beras, haji, Al Qur’an
seperti yang dipaparkan dalam debat capres (Sabtu, 5/6/2014).
Kondisi ini ditambah lagi oleh kenyataan sering munculnya Ketum Golkar
Aburizal Bakrie si Lumpur Lapindo dan Ketum PPP Suryadharma Ali yang
menjadi tersangka kasus korupsi dana haji. Juga terdapat Ketum PBB yang
sebentar lagi akan ditangkap oleh KPK terkait kasus korupsi kehutanan.
7. Kubu Prabowo banyak
menjiplak lagu seperti lagu JakMania Garuda di Dadaku dijiplak yang
akibatnya hanya pecinta sepakbola dan kalangan muda yang senang dengan
lagu itu. Bahkan Dhani pun menjiplak lagu ‘Queen We Will Rock You’ dan
bahkan Bryan May sebagai pencipta lagu menyatakan itu sebagai
unauthorized. Selain itu kostum fasis Nazi yang dikenakan Ahmad Dhani
sebagai pendukung Prabowo juga menjadikan Prabowo-Hatta tak menghargai
hak cipta.
8. Prabowo dan
Timses-nya terlalu mengandalkan mesin politik parpol yang keropos. Fakta
paling mencengangkan adalah bahwa Golkar jelas terpecah antara
pendukung ARB dengan pendukung Jusuf Kalla. Ini tak menguntungkan
tentunya bagi kubu Prabowo. Bukti dari keroposnya dukungan adalah
banyaknya para tokoh muda Golkar yang mendukung Jokowi.
9. Prabowo salah
menunjuk cawapres. Seharusnya Prabowo menunjuk Mahfud MD sebagai
cawapres karena kedekatan Mahfud MD sebagai tokoh dan warga NU. Hatta
Rajasa hanya mendapat banyak dukungan dari warga dan representasi
Muhammadiyah. Prabowo pun bukan pula warga Nahdliyin. Artinya
Prabowo-Hatta hanya mewakili kelompok warga beraliran Muhammadiyah. Ini
sangat disayangkan.
10. Kubu
Prabowo-Hatta dipersepsikan tempat bernaungnya para barisan sakit hati
seperti Ahmad Dhani, Rhoma Irama, Marzuki Alie, Rustriningsih, Mahfud MD
yang sebenarnya tak memiliki loyalitas yang 100% patut diperhitungkan.
Para barisan sakit hati ini diyakini tak memiliki pendukung yang
signifikan dan terukur.
11. Komporan para
pengamat politik - yang ternyata membohongi Prabowo-Hatta - yang
mendorong kampanye hitam dan kampanye negatif pada awal masa pemilu yang
disebut menaikkan elektabilitas Prabowo-Hatta yang mendorong Noudhy
Valdryno dan Fadli Zon gegap gempita terdorong memanfaatkan. Akibatnya,
rebound consciousness masyarakat muncul dan kemenangan Jokowi-JK yang
dipersepsikan sebagai korban kampanye hitam dan didzolimi yang
memenangkan hati rakyat dan memenangi Pilpres 2014.
12. Dukungan SBY
kepada Prabowo memiliki pengaruh buruk bagi elektabilitas Prabowo.
Terbukti komporan para pengamat politik yang euphoria justru membuat
elektabilitas Prabowo stagnan seminggu menjelang pelaksanaan pilpres
2014. Upaya menaikkan elektabilitas telah hilang karena momentum
kampanye yang terlalu banyak digunakan untuk kampanye hitam.
Keterlibatan lingkaran Istana Presiden untuk mendukung Prabowo termasuk
Susilo Bambang Yudhoyono menunjukkan di mata rakyat bahwa Prabowo adalah
kelanjutan SBY - yang gagal menyejahterakan rakyat.
13. kegagalan
Prabowo rujuk dengan Titiek menunjukkan bahwa Prabowo gagal memenuhi
prasyarat menikah dengan Titiek sebagai lambang kegagalan Prabowo
mendapatkan ‘kamulyan’ alias kemuliaan. Titiek Soeharto ogah dijadikan
‘kuda tunggangan politik’ untuk didomplengi agar Prabowo menjaring
‘kamulyan seko wong wadon sing dilorke’ alias kemuliaan yang diinginkan
dengan memanfaatkan perempuan yang disisihkan.
14. Kegagalan
Operasi Senyap, money politic, dan kawalan masyarakat yang mengawal
pemilu sejak hari pertama pencoblosan sampai pada tanggal 15 Juli 2014.
Kawalan ini menyebabkan pemilu presiden sedikit lebih jujur dan adil.
15. Prabowo tidak hanya
didampingi oleh Fadli Zon - kreator kampanye negatif, Ketum Golkar
Aburizal Bakrie - si Lumpur Lapindo dan kasus pajak, Setiardi Obor
Rakyat, Titiek Soeharto, Hatta Rasajasa - diduga tahu tentang mafia
minyak, Amien Rais tokoh penumbang Gus Dur dari kursi kepresidenan, dan
tak lupa Hidayat Nur Wahid si penggagas wani piro, juga Anis Matta tokoh
penganut paham poligami sohib koruptor Luthfi Hasan Ishaaq serta si
tersangka korupsi haji Ketum PPP Suryadharma Ali dan calon tersangka
korupsi kehutanan Ketum PBB MS Kaban.
Itulah lima belas sebab yang
berujung pada kekalahan Prabowo-Hatta yang kalah oleh dukungan rakyat
alias Jokowi yang didukung oleh rakyat.
Referensi:
http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/06/21/114323/2615040/1563/tim-media-sosial-prabowo-hatta-vs-relawan-jokowi-jk-mana-paling-kuat
http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/06/21/114323/2615040/1563/tim-media-sosial-prabowo-hatta-vs-relawan-jokowi-jk-mana-paling-kuat
http://news.bisnis.com/read/20140630/355/239906/kampanye-hitam-sebut-jokowi-sinting-ini-balasan-untuk-jubir-tim-pemenangan-prabowo-hatta
http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/07/02/269589680/SBY-Dukung-Prabowo-Relawan-Jokowi-JK-Mengerikan
http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/07/05/sby-dukung-prabowo-syarief-persilakan-publik-nilai-sendiri
http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/06/04/269582414/Tidak-Ada-Berita-Prabowo-di-Tabloid-Obor-Rakyat