Halaman

Minggu, 03 Agustus 2014

Faktor Kalahnya Calon Presiden Pilihan Ku

Inilah 15 faktor penyebab kekalahan calon presiden dan wakil presiden Prabowo-Hatta

1. Kubu Prabowo-Hatta dan Gerindra memekerjakan para ahli sosial media yang jago dan expert di bidang pembuatan bahan kampanye, seperti Noudhy Valdryno yang telah bekerja selama 5 tahun dengan Gerindra dan Prabowo. Mereka memersiapkan bahan kampanye di media sosial, Facebook, Twitter, dan juga telepon seluler sejak lama. Kelemahan mereka adalah tidak memiliki pemahaman tentang komunikasi massa.

Noudhy Valdryno dan Fadli Zon tidak pernah menghitung ‘sebab-akibat’ dan sisi dampak psikologis ketika suatu materi dilemparkan ke dunia maya. Akibatnya ketika ada ahli strategi kampanye media yang ‘sedikit’ paham tentang kampanye media sosial dengan ‘pemahaman komunikasi dan psikologi massa’, maka Timses media sosial Prabowo kalang kabut.

Akibatnya telah dapat diduga, Prabowo-Hatta tak mendapatkan simpati dan elektabilitasnya hancur berantakan menjelang akhir masa kampanye.

2. Terkait dengan Timses Prabowo-Hatta yang tidak menghitung strategi ketika ‘harus menyerang’ dan ‘ketika harus bertahan’. Sejak debat pertama berlangsung sejak saat itu ‘kemenangan telah diraih’. Maka dalam perang itu strategi yang diterapkan oleh pasukan Prabowo-Hatta adalah menggempur sampai the last bastion dihancurkan. Akhirnya, Prabowo-Hatta banyak memenangkan pertempuran, namun kalah dalam keseluruhan perang. Perang ngawur tanpa strategi maka kehabisan amunisi.

3. Kubu Prabowo dipersepsikan sebagai penggagas kampanye hitam oleh masyarakat. Hal ini dimulai dengan sindiran dan hinaan puisi ‘Boneka’ dan ‘Raisopopo’ dan dilanjutkan dengan kampanye negative dan hitam sampai penerbitan Obor Rakyat. Bahkan Timses Prabowo-Hatta mendukung dan membela Pemred Obor Rakyat seperti disampaikan oleh Habiburokhman. Kondisi ini memaksa masyarakat menilai bahwa kubu Prabowo-Hatta menyebarkan fitnah - dan itu terbukti oleh temuan intelejen sumber fitnah di Ragunan. AM Hendropriyono menyampaikan hal ini.

4. Kubu Prabowo sering sekali memiliki corong yang kontra-produktif untuk membangun persepsi masyarakat. Selain Fadli Zon, terdapat di gerbong Prabowo juga seperti Nurul Arifin dan Fahri Hamzah memiliki catatan buruk di mata masyarakat karena mereka adalah dua orang yang tidak senang dan sering mengecam KPK. Bahkan terakhir, Fahri Hamzah tidak menyetujui dan mengatakan Jokowi sinting tentang ide Hari Santri 1 Muharram. Juga lontaran omongan sekelas Amien Rais yang menyebutkan bahwa Pilpres adalah mirip Perang Badar.

5. Dominasi TVOne dan MNC Group milik Aburizal Bakrie dan Hary Tanoesodibjo tidak digunakan secara maksimal oleh Prabowo karena menerapkan kampanye one-sided policy dan one-sided coverage yang justru tak membangun simpati. Polarisasi terjadi juga karena sikap kubu Jokowi yang juga menerapkan peliputan kampanye berat sebelah sehingga menyebabkan publik pemilih terpecah dan tak sempat lagi berpikir. Peran media sebagai alat ‘berpikir dan mengubah persepsi’ terkebiri oleh ‘peran media menjadi corong’ satu arah. Rakyat atau pemirsa dianggap tak bisa berpikir. Akibatnya, rakyat stagnan mendukung Prabowo-Hatta.

6. Kubu Prabowo-Hatta digerogoti oleh para pendukung yang oleh Prabowo sendiri diakui ada maling seperti para tersangka mafia daging sapi, beras, haji, Al Qur’an seperti yang dipaparkan dalam debat capres (Sabtu, 5/6/2014). Kondisi ini ditambah lagi oleh kenyataan sering munculnya Ketum Golkar Aburizal Bakrie si Lumpur Lapindo dan Ketum PPP Suryadharma Ali yang menjadi tersangka kasus korupsi dana haji. Juga terdapat Ketum PBB yang sebentar lagi akan ditangkap oleh KPK terkait kasus korupsi kehutanan.

7. Kubu Prabowo banyak menjiplak lagu seperti lagu JakMania Garuda di Dadaku dijiplak yang akibatnya hanya pecinta sepakbola dan kalangan muda yang senang dengan lagu itu. Bahkan Dhani pun menjiplak lagu ‘Queen We Will Rock You’ dan bahkan Bryan May sebagai pencipta lagu menyatakan itu sebagai unauthorized. Selain itu kostum fasis Nazi yang dikenakan Ahmad Dhani sebagai pendukung Prabowo juga menjadikan Prabowo-Hatta tak menghargai hak cipta.

8. Prabowo dan Timses-nya terlalu mengandalkan mesin politik parpol yang keropos. Fakta paling mencengangkan adalah bahwa Golkar jelas terpecah antara pendukung ARB dengan pendukung Jusuf Kalla. Ini tak menguntungkan tentunya bagi kubu Prabowo. Bukti dari keroposnya dukungan adalah banyaknya para tokoh muda Golkar yang mendukung Jokowi.

9. Prabowo salah menunjuk cawapres. Seharusnya Prabowo menunjuk Mahfud MD sebagai cawapres karena kedekatan Mahfud MD sebagai tokoh dan warga NU. Hatta Rajasa hanya mendapat banyak dukungan dari warga dan representasi Muhammadiyah. Prabowo pun bukan pula warga Nahdliyin. Artinya Prabowo-Hatta hanya mewakili kelompok warga beraliran Muhammadiyah. Ini sangat disayangkan.

10. Kubu Prabowo-Hatta dipersepsikan tempat bernaungnya para barisan sakit hati seperti Ahmad Dhani, Rhoma Irama, Marzuki Alie, Rustriningsih, Mahfud MD yang sebenarnya tak memiliki loyalitas yang 100% patut diperhitungkan. Para barisan sakit hati ini diyakini tak memiliki pendukung yang signifikan dan terukur.

11. Komporan para pengamat politik - yang ternyata membohongi Prabowo-Hatta - yang mendorong kampanye hitam dan kampanye negatif pada awal masa pemilu yang disebut menaikkan elektabilitas Prabowo-Hatta yang mendorong Noudhy Valdryno dan Fadli Zon gegap gempita terdorong memanfaatkan. Akibatnya, rebound consciousness masyarakat muncul dan kemenangan Jokowi-JK yang dipersepsikan sebagai korban kampanye hitam dan didzolimi yang memenangkan hati rakyat dan memenangi Pilpres 2014.

12. Dukungan SBY kepada Prabowo memiliki pengaruh buruk bagi elektabilitas Prabowo. Terbukti komporan para pengamat politik yang euphoria justru membuat elektabilitas Prabowo stagnan seminggu menjelang pelaksanaan pilpres 2014. Upaya menaikkan elektabilitas telah hilang karena momentum kampanye yang terlalu banyak digunakan untuk kampanye hitam. Keterlibatan lingkaran Istana Presiden untuk mendukung Prabowo termasuk Susilo Bambang Yudhoyono menunjukkan di mata rakyat bahwa Prabowo adalah kelanjutan SBY - yang gagal menyejahterakan rakyat.

13. kegagalan Prabowo rujuk dengan Titiek menunjukkan bahwa Prabowo gagal memenuhi prasyarat menikah dengan Titiek sebagai lambang kegagalan Prabowo mendapatkan ‘kamulyan’ alias kemuliaan. Titiek Soeharto ogah dijadikan ‘kuda tunggangan politik’ untuk didomplengi agar Prabowo menjaring ‘kamulyan seko wong wadon sing dilorke’ alias kemuliaan yang diinginkan dengan memanfaatkan perempuan yang disisihkan.

14. Kegagalan Operasi Senyap, money politic, dan kawalan masyarakat yang mengawal pemilu sejak hari pertama pencoblosan sampai pada tanggal 15 Juli 2014. Kawalan ini menyebabkan pemilu presiden sedikit lebih jujur dan adil.

15. Prabowo tidak hanya didampingi oleh Fadli Zon - kreator kampanye negatif, Ketum Golkar Aburizal Bakrie - si Lumpur Lapindo dan kasus pajak, Setiardi Obor Rakyat, Titiek Soeharto, Hatta Rasajasa - diduga tahu tentang mafia minyak, Amien Rais tokoh penumbang Gus Dur dari kursi kepresidenan, dan tak lupa Hidayat Nur Wahid si penggagas wani piro, juga Anis Matta tokoh penganut paham poligami sohib koruptor Luthfi Hasan Ishaaq serta si tersangka korupsi haji Ketum PPP Suryadharma Ali dan calon tersangka korupsi kehutanan Ketum PBB MS Kaban.


Itulah lima belas sebab yang berujung pada kekalahan Prabowo-Hatta yang kalah oleh dukungan rakyat alias Jokowi yang didukung oleh rakyat.

Referensi:
http://news.detik.com/pemilu2014/read/2014/06/21/114323/2615040/1563/tim-media-sosial-prabowo-hatta-vs-relawan-jokowi-jk-mana-paling-kuat
http://news.bisnis.com/read/20140630/355/239906/kampanye-hitam-sebut-jokowi-sinting-ini-balasan-untuk-jubir-tim-pemenangan-prabowo-hatta
http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/07/02/269589680/SBY-Dukung-Prabowo-Relawan-Jokowi-JK-Mengerikan
http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/07/05/sby-dukung-prabowo-syarief-persilakan-publik-nilai-sendiri
http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/06/04/269582414/Tidak-Ada-Berita-Prabowo-di-Tabloid-Obor-Rakyat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar