Halaman

Minggu, 03 Agustus 2014

Kriteria Presiden Pilihan Ku

Sejak berumur 18 tahun, beliau sudah bertekad ingin mengabdikan diri sebagai seorang prajurit dan sejak muda beliau memang sungguh-sungguh ingin menjadi prajurit sejati membela bangsa, negara, Tanah Air dan Republik Indonesia. 

Usai menamatkan pendidikan tentara di Akabri, putra bagawan ekonomi Sumitro Djojokadikusumo yang menguasai empat bahasa asing langsung ditempatkan di kesatuan pasukan elit Kopassus. Di satuan komando pasukan elit TNI-AD ini Prabowo menjalani karir militernya dengan cemerlang, termasuk saat di medan tempur. Di antara rekam jejaknya yang kemudian mengukir nama dan prestasinya di medan tempur yaitu saat pasukan Den 28 Kopassus yang dipimpinnya, di mana Prabowo (26 tahun) yang saat itu berpangkat Kapten, berhasil melumpuhkan Nicolau Lobato, pimpinan puncak gerombolan Fretilin dalam sebuah pertempuran di lembah Mindelo, Timor Timur, 31 Desember 1978. 

Sekembali dari bertugas di Timor Timur, karir Prabowo terus menanjak dan berkilau. Di tahun 1983, ia dipercaya sebagai Wakil Komandan Detasemen 81 Penanggulangan Teroris (Gultor) – Kopassus. Berikutnya, setelah menyelesaikan pelatihan anti teror sebagai lulusan terbaik di "Special Forces Officer Course" di Fort Benning, Amerika Serikat, Prabowo diberi tanggungjawab sebagai Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara. Rekam jejak lainnya yang kemudian mendapat pujian dunia, ia tunjukkan dan dibuktikan atas keberhasilan satuan komando yang dipimpinnya dalam operasi pembebasan sandera peneliti Ekspedisi Lorentz di desa Mapanduma, kabupaten Jayawijaya, Irian Jaya, yang dilakukan oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM) di bawah pimpinan Kelly Kwalik dan Daniel Yudas Koyoga, tahun 1996.

 Dalam operasi pembebasan sandera ini selain peneliti asal Indonesia, terdapat pula empat peneliti warga Inggris, Jerman dan Belanda, yang disandera oleh OPM pimpinan Kelly Kwalik. Atas keherhasilannya melakukan operasi pembebasan sandera Mapanduma, nama Kopassus langsung melejit disandingkan dengan satuan pasukan elit Israel menangani aksi teror yang dilakukan oleh kolompok teroris dengan sasaran para atlet dan diplomat Israel dalam Olimpiade Munich – Jerman, September 1972, yang dikenal dengan peristiwa ‘Black September’. Atas pencapaian prestasinya ini pula Kopassus yang saat itu dikomandani Brigjen TNI-AD Prabowo mendapat pujian dan disandingkan sebagai pasukan elit ketiga terbaik di dunia setelah satuan pasukan elit anti teror Israel dan pasukan elit Inggris atas keberhasilannya dalam operasi drama pembebasan sandera yang terjadi di Kedutaan Iran di London – Inggris, April 1980, yang dilakukan teroris asal Iran. Rekan jejak lainnya yang perlu dicatat yaitu saat mengkomandoi satuan pasukan elit Kopassus atas pencapaian keberhasilannya menaklukkan pucak gunung tertinggi dunia dan menancapkan Sang Saka Merah Putih di Mount Everest, tahun 1996. 

Ketika yg lain hanya mengedepankan soft diplomasi beliau mampu bergerak membebaskan TKI kita dari cengkraman hukuman negeri jiran, Dia telah mengabdi untuk bangsa ini. Beliau juga berjuang demi mempertahankan warisan leluhur pencak silat dan membuat pencak silat indonesia disegani dan penuh prestasi, memfasilitasi team polo kuda utk pertama kalinya berlaga di SEA Games 2007 Thailand dan membawa gelar juara meskipun beliau dihina sosial media dengan gambar yg tdk pantas bersama kudanya beliau tetap sabar. Beliau dengan segala yang beliau miliki memperjuangkan rivalnya saat ini pada waktu itu untuk menjadi gubernur ibukota negara meskipun partai pengusung orang tersebut sendiri ragu. Namun seorang prabowo yang tulus sering dikhianati orang yang selama ini beliau percaya menikungnya dari belakang ingin menjatuhkan beliau karena kekuasaan, Ketika perjanjian batu tulis dikhianati beliau tetap tabah & tersenyum. 

Karena ketabahannya itulah Allah SWT menunjukkan kekuasaanya dengan menurunkan para ulama sebagai pengganti para nabi yang ada dibelakang beliau memberi semangat. Ketika fitnah HAM itu dimunculkan justru oleh pelaku intelektual kasus HAM yang sebenarnya beliau tidak melawan. Kenapa rekam jejak ini tidak pernah ditongolkan sebagai isu politik jelang Pilpres 2009. Sementara prestasi dan jasanya selama mengabdi sebagai tentara  tidak pernah dipujikan dan diacungi jempol. Lalu prestasi-prestasinya itu dikemanakan? Ini yang akhirnya kita anggap sebagai hal yang naif, tidak fair, tidak objektif proposional dan tidak berimbang. Prabowo memang tidak berlebihan untuk lalu mencak-mencak membela diri. Dia mencoba menyikapi secara arif dengan lebih memilih dan mempasrahkan biarlah sejarah itu sendiri yang akan berbicara menguak tabir semuanya itu seiring proses perjalanan waktu. Karena bukan tidak mungkin proses waktu itu sendiri justru yang akan membelanya, di mana kini sedikit demi sedikit mulai terkuak dengan sendirinya, termasuk dengan kisah di balik bocornya SK DKP yang dimaksudkan sebagai kampanye negatif untuk menyerang diri Prabowo di jelang Pilpres 2014, justru malah kini berbalik menjadi boomerang bagi pembocornya dan sekutu politiknya. 

Saat ini rakyat sudah pintar dan cerdas dalam memilah dan memilih mana itu isu yang benar atau hanya berupa kampanye negatif yang diperuntukkan menyerang lawan politiknya. Makanya saat ditanya wartawan soal SK DKP itu, Prabowo hanya menjawab dengan tertawa. Jawaban tertawa Prabowo ini mengartikan; becik ketitik ala ketara, siapa yang berbuat baik akan tampak, siapa yang berbuat jelek akan terungkap dengan sendirinya. Semoga! Inilah sedikit alasan dari beribu alasan kenapa saya memilih prabowo sebagai Presiden pilihan saya.

Referensi:
http://profil.merdeka.com/indonesia/p/prabowo-subianto-djojohadikusumo/
http://www.tempo.co/read/news/2013/10/28/078525187/Rekam-Jejak-Prabowo-24-Tahun-Jadi-Tentara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar